Minggu, 23 April 2023 9:52:35 WIB

Ramai Dedolarisasi, Ternyata Indonesia Sudah Lebih Dulu
Ekonomi

AP Wira

banner

Dedolarisasi kini banyak terjadi di sejumlah negara [foto ilustrasi: matasii.com]

JAKARTA, Radio Bharata Online - Maraknya dedolarisasi kini terjadi di sejumlah negara. Banyak negara perlahan mulai tinggalkan dolar Amerika Serikat (AS) dan memilih mata uang lain untuk transaksi perdagangan. Dedolarisasi sendiri adalah proses penggantian dolar sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan minyak hingga perjanjian perdagangan bilateral.

Sampai saat ini dolar merupakan mata uang yang dominan dipakai dalam perdagangan internasional sehingga kebijakan ekonomi apapun yang dikeluarkan Bank Sentral AS (The Fed) selalu berdampak bagi kondisi global.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang mulai meninggalkan dolar AS. Transaksi dengan negara mitra dagang dan investasi menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) merupakan salah satu upaya dalam melakukan dedolarisasi.

Perry menjelaskan LCT merupakan instrumen transaksi antar negara menggunakan mata uang lokal dalam penyelesaian transaksi perdagangan maupun investasi. Bahkan negara-negara ASEAN juga sudah menyepakati untuk melakukan kerjasama pembayaran lintas batas atau cross border payment.

Dengan demikian, menurut Perry, Indonesia dan negara bilateral tidak perlu untuk membentuk mata uang baru. Apalagi seperti BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) yang melakukan hal sama.

Seperti disitat dari detikcom, pada 11 Desember 2017 bank sentral ketiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand sepakat untuk tak lagi menggunakan dolar AS sebagai mata uang perdagangan. Kesepakatan itu dinamakan Local Currency Settlement (LCS) dan sudah berlaku pada 1 Januari 2018.

Di 2021 implementasinya meluas menjadi empat negara dengan tambahan Jepang dan Tiongkok. Kesepakatan itu diharapkan bisa mempercepat transaksi perdagangan karena masing-masing negara tak perlu mengkonversikan mata uangnya ke dolar AS baru kemudian ke negara tujuan.
Selain itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga pernah menyatakan dukungannya agar Indonesia dengan negara bilateral bisa melakukan transaksi tanpa menggunakan dolar AS.

Sri Mulyani memandang LCS penting dalam mendorong pemulihan ekonomi apalagi ketika banyak ketidakpastian dari global. Menurutnya, LCS di jalur keuangan merupakan exit strategy untuk mendukung pemulihan dan diharapkan stabilitas makro akan semakin berkelanjutan, tidak hanya masing-masing negara tetapi juga secara global.

sumber: Detikcom 

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner